PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang pelajar, pastinya sudah tak asing
lagi kata belajar, bah pasangan emas tentunya belajar pasti di selingi juga
kata motivasi, sehingga kedua unsur tersebut tidaklah bisa di pisahkan dan
saling berketerkaitan satu sama lain. Motivasi adalah dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan
minat (Uno, 2007).
Tentunya
sebagai makhluk Tuhan yang memiliki akal dan nafsu, manusia pasti memiliki
suatu motivasi dalam hidupnya. Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003).
Motivasi dan
Belajar acap kali menjadi problema pada kebanyakan pelajar pada umumnya,
setidaknya banyak kasus yang ditemui kala seorang pelajar itu menemui kesulitan
pada cara atau pola pemahaman materi ajar mereka. Jika di tengok dari segi
kuantitas, kebanyakan pelajar tersebut lengah dalam segi motivasi dan pola
belajar. Seperti saat ini, kebanyakan para siswa maupun mahasiswa justru
meremehkan dalam hal belajar, karena mereka lebih menginginkan hal yang instant
dan tentunya hal tersebut juga di landasi dengan berkurangnya motivasi dalam
memperoleh ‘reward’ atas kemauannya tersebut. Berdasarkan pengertian dan
kasus-kasus seperti demikianlah, maka penulis membuat Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “MOTIVASI dan BELAJAR” yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan penulis utarakan dalam pembahasan di dalam karya
tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah faktor-faktor yang mendasari
suatu kepuasan atau ketidakpuasan dalam teori motivasi?
2. Bagaimana sajakah proses timbulnya
suatu motivasi?
3. Apa sajakah macam-macam teori belajar?
4. Apakah pengertian dari motivasi
belajar?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah ;
1. Sebagai salah satu syarat guna
mengikuti Ujian Akhir Semester Ganjil STIKES ICSADA Bojonegoro tahun pelajaran
2013 / 2014.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan
tentang motivasi dan belajar.
3. Dapat memahami faktor-faktor tentang motivasi belajar.
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
definisi dari Motivasi dan Belajar.
2. Melatih penulis dalam menggunakan ejaan
dan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Menambah kreatifitas penulis dalam
menyusun karya tulis ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PengertianMotivasi
Adalah suatu
sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh seseorang kepada orang
lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang tersebut
menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Motivasi juga bisa
diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang.
Menurut Para
Ahli :
Kondisi
internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai
tujuan tertentu dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu (Weiner
1990)
Dorongan
internal dan eksternal dalam diri seseorang yanmg diindikasikan dengan adanya
hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk
melakukan kegiatan, harapan dan cita – cita, penghargaan dan penghormatan atas
diri, lingkungan yang baik serta kegiatan yang menarik (Uno 2007)
2.2.
Pengertian Teori Belajar.
Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon.
Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat
diamati adalah stimulus dan respons, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respons) harus dapat diamati
dan diukur.
Contoh 2
Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan Perilaku Terpuji Dengan Metode Pendekatan Berbasis Aktivitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Terwujudnya
kondisi pembelajaran siswa aktif merupakan harapan dari semua komponen
pendidikan termasuk masyarakat dan praktisi pendidikan. Oleh sebab itu dalam
kegiatan pembelajaran dituntut suatu strategi pembelajaran yang direncanakan
oleh guru dengan mengedepankan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Melalui kegiatan belajar yang menekankan pada aktivitas siswa diharapkan mampu
meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan di
sekolah.
Menurut
Suparno, dkk (2002) siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dicirikan oleh
dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam berpikir (minds-on), dan aktivitas dalam berbuat (hands-on). Perbuatan nyata siswa dalam pembelajaran merupakan hasil
keterlibatan berpikir siswa terhadap kegiatan belajarnya. Dengan demikian
proses siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dilaksanakan secara terus menerus dan tiada henti. Hal
ini dapat dilakukan apabila interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan
baik. Sebab menurut USMAN(2002) interaksi dan hubungan timbal balik antara guru
dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar.
Berdasarkan
pada pendapat tersebut, menunjukkan bahwa aktifitas siswa dalam kegiatan
belajar mengajar mutlak diperlukan. Namun yang lebih penting lagi dalam
meningkatkan aktititas siswa tersebut adalah kemampuan guru dalam merencanakan
suatu kegiatan belajar mengajar tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan
fenomena-fenomena tersebut, peneliti akan melakukan suatu kegiatan penelitian
tindakan pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten
Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 semester II menekankan pada peningkatan
motivasi belajar siswa melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
Mengapa harus pembelajaran berbasis aktivitas?
Beberapa
alasan peneliti menggunakan pendekatan pengajaran berbasis aktivitas dalam
mengajarankan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam diantaranya: (1) asas
aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar baik di dalam maupun
diluar kelas, (2) asas aktivitas bertujuan mengembangkan ide-ide atau
merealisasikan suatu ide dalam suatu bentuk tertentu, (3) asas aktivitas dapat
menikmati pengalaman-pengalaman estetis, (4) memecahkan suatu kesulitan
intelektual, dan (5) memperoleh pengalaman dan ketrampilan tertentu.
Sedangkan
alasan peneliti memilih mata pelajaran Pendidikan Agama Islam digunakan sebagai
materi bahan pendekatan berbasis aktivitas, karena dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam dapat membantu siswa untuk: (l) menjalani kehidupan sehari-hari
secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, (3)
memanfaatkan kesempatan untuk mengem-bangkan kemampuan berfikir kreatif,
fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep
Pendidikan Agama Islam, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi, (6)
memahami bahwa karir dalam sains dan teknologi cocok bagi pria dan wanita, (7)
membuat penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan alam dan
buatan, (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9)
memberikan peme-cahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu sains dan
teknologi, dan (l0) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih
lanjut.
Dari
beberapa alasan pengambilan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas
tersebut, maka dapat dirumuskan judul penelitian tindakan kelas Meningkatkan
Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pokok Bahasan Perilaku Terpuji dengan
metode pendekatan berbasis aktivitas pada Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Dengan
penelitian tindakan kelas ini diharapkan motivasi belajar siswa Kelas V SD
Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun dapat meningkat dan
akhirnya akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa dalam proses
belajar mengajar khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai
berikut :
l. Apakah pendekatan berbasis
aktivitas lebih efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 ?
2. Bagaimanakah dampak kegiatan
belajar mengajar yang menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam
pembelajaran pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa
Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar
pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1.
Pendekatan berbasis aktivitas lebih efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
2. Dampak kegiatan belajar mengajar yang
menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran pelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan
pada tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan pendekatan berbasis
aktivitas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD
Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2007/2008. Disisi lain penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru
Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam meningkat-kan kualitas pendidikan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 melalui implementasi
strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan
pada Sekolah Dasar umumnya.
2. Lembaga
Sekolah
Sebagai
masukan dalam menemukan hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran
serta sebagai upaya memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi di kelas, sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil belajar yang optimal
demi kemajuan lembaga sekolah.
3. Dinas
Pendidikan Kabupaten Madiun
Sebagai
masukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan,
dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sehingga kelemahan
pelaksanaan pembelajaran di lapangan pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan
saran dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian tindakan kelas.
4. Literatur
Sebagai
bahan referensi dan acuan bagi peneliti lain, yang melakukan penelitian sesuai
dengan konteks penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
E. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Meningkatkan Motivasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Pokok Bahasan Perilaku Terpuji pada Siswa Kelas
V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2007/2008 yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut: "Jika strategi pembelajaran yang selama ini digunakan
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar
siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008, diganti dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas,
maka dimungkinkan akan peningkatan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam".
F. Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian tindakan kelas ini terbatas pada upaya meningkatkan motivasi
belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2007/2008, dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
G. Penegasan
Istilah
Beberapa
istilah yang harus ditegaskan dalam penelitian ini, agar dalam pembahasan hasil
penelitian akan mengarah pada uraian yang lebih spesifik sesuai dengan ruang
lingkup penelitian. Diantaranya :
1. Motivasi Belajar
Motivasi
belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha yang muncul dari dalam diri
seseorang, sehingga seseorang memiliki semangat untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan harapan yang direncanakan.
2. Pengajaran Berbasis Aktivitas
Pengajaran
berbasis aktivitas dimaksudkan bahwa pengajaran ini didasarkan pada keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga semua siswa
beraktivitas sesuai dengan kamampuannya. Dengan demikian diharapkan dalam
proses belajar mengajar ini didapatkan hasil belajar yang optimal.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
Salah satu
fungsi pengajar adalah memberikan motivasi kepada pihak yang diajarnya untuk
melaksanakan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif.
Beberapa konsep dan teori yang telah dikemukakan dapat dijadikan sebagai
kerangka acuan dalam mewujudkan berbagai upaya memberikan motivasi.
A.
Prinsip-Prinsip Motivasi
Beberapa
prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan belajar mengajar
antara lain:
l. Prinsip kompetisi
Yang
dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter
maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi atau self competition adalah kompetisi
dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi
tempat dan waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu
yang satu dengan yang lain. Dengan persaingan secara sehat, dapat ditimbulkan
motivasi untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misalnya
perlombaan karya tulis, siswa teladan dan sebagainya. Kompetisi juga dapat
dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk
kerja belajar yang baik.
2. Prinsip pemacu
Dorongan
untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu.
Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan,
dan sebagainya. Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong selalu melakukan
berbagai tindakan dan unjuk kerja yang sebaik mungkin. Hal ini dapat dilakukan
melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah
keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan sebagainya.
3. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran
yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan
tindakan yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila
diberikan ganjaran yang memadai, cenderung akan meningkatkan motivasi. Misalnya
pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Demikian pula hukuman yang
diberikan dapat menimbulkan motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang
menyababkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proposional dan
benar-benar dapat memberikan motivasi.
4. Kejelasan
dan kedekatan tujuan
Makin jelas
dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa
memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain
adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan
yang khusus dan lebih dekat.
5. Pemahaman
hasil
Dalam uraian
di atas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang akan merupakan balikan
dari upaya yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi
untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri
seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan unjuk
kerjanya lebih lanjut. Pengetahuan tentang balikan, mempunyai kaitan erat
dengan tingkat kepuasan yang dicapai. Dalam kaitan ini, para pengajar
seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah
dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah
dibuat siswa dengan nilai dan komentar-komentarnya. Umpan balik ini akan
bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk
keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu
dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
6.
Pengembangan minat
Minat dapat
diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek.
Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat
apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan
tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan
menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada
gilirannya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
7.
Lingkungan yang kondusif
Lingkungan
kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat
menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.
Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya
kebersihan ruangan, tata-letak, fasilitas, dan sebagainya, demikian pula
lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan antar pribadi, kehidupan
kelompok, kepemimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan
dan sebagainya.
8. Keteladanan
Perilaku
pengajar (guru) secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap
perilaku siswa baik yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku guru dapat
meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan
agar perilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan
contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan
produktivitas belajar mereka.
B. Motivasi
Belajar
Motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dimulai dari adanya
perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari
perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organisme
manusia, misalanya karena terjadi perubahan dalam sistem perencanaan maka
timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
Motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan affective
arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana
emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini
mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam
perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik
pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya
dengan lancar dan cepat akan keluar. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju
ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu
langkah ke arah mencapai tujuan.
l. Jenis-Jenis Motivasi
Berdasarkan
pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah dibahas di atas maka pada
pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis : (a) motivasi intrinsik dan
(b) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di
dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi
ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul
dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan
tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk
berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sum-bangannya terhadap usaha
kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain.
Jadi,
motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang
fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan
oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan
pujian atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh Emerson, The reward of a thing well done is to have done it. Jadi jelaslah,
bahwa motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan motivasi sesungguhnya atau
disebut istilah sound motivation.
Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
kelas, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali pertentangan, dan
persaingan yang bersifat negatif ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman. Motivasi
ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak
semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula
sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang
diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu
dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang
dapat dikerjakan oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam memotivasi
siswa kita tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan
setiap saat oleh guru.
2. Prinsip-prinsip Motivasi
Prinsip-prinsip
ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi
belajar murid-murid di sekolah yang mengandung pandangan demokratis dan dalam
rangka menciptakan self motivation dan self dicipline di kalangan murid-murid.
Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsi-prinsip motivasi sebagai berikut :
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman
Hukuman bersifat menghentikan
sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah
dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar murid.
b. Semua murid mempunyai
kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus
mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk
yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif
melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam
motivasi dan disiplin.
c. Motivasi yang berasal dari dalam
individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya
ialah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran
yang ada dalam diri murid sendiri.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang
serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforce-ment). Apabila sesuatu
perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera
diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya tetap
mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman
belajar.
e. Motivasi itu mudah menjalar atau
tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan
meng-hasilkan murid-murid yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian
murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya.
f. Pemahaman yang jelas terhadap
tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari
tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar
daya dorongannya.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh
diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya
daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila murid diberi
kesempatan menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri maka akan
mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.
h. Pujian-pujian yang datangnya dari
luar (external reward) kadang-kadang
diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat
dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka murid
akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
i. Motivasi yang besar erat
hubungannya dengan kreativitas murid. Dengan teknik mengajar yang tertentu
motivasi murid-murid dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi
yang telah dimiliki oleh murid apabila diberi semacam penghalang seperti adanya
ujian yang mendadak, peraturan-peraturan sekolah, dan lain-lain maka kegiatan
kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.
Karena itu,
prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar sangat erat hubungannya dengan
prinsip-prinsip belajar itu sendiri. Ada beberapa prinsip belajar dan motivasi
yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak
perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip
tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam mengupayakan peningkatan motivasi
peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga didapatkan
prestasi belajar yang optimal. Diantaranya: (a) Kebermaknaan. Pelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru berusaha
menghubungkannya dengan pengalaman masa lampau, atau pengalaman-pengalaman
yang telah mereka miliki sebelumnya. Sesuatu yang menarik minat dan nilai
tertinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya
berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara
memberikan kesempatan kepada para siswa berperan serta memilih, (b) Modelling. Siswa akan suka memperoleh
tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah
dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkan dalam bentuk tingkah
laku model, bukan hanya dengan menceramahkan/menceritakan secara lisan. Dengan
model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan
oleh guru, (c) Komunikasi Terbuka.
Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru
terbuka terhadap pengawasan siswa, (d) Prasyarat.
Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor
penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu
hendaknya guru berusaha mengetahui/mengenali prasyarat-prasyarat yang telah
mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang berprasyarat akan mudah
mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah dimiliki dengan
pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari, (e) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik
oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty)
atau masih asing, (f) Latihan/Praktek
yang Aktif dan Bermanfaat. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan
sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis, (g) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang
belajar, jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek.
Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang, (h) Kurangi secara Sistematik
Paksaan Belajar. Siswa perlu diberikan paksaan atau pemompaan. Akan tetapi
bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik
pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri, dan (i) Kondisi yang menyenangkan. Siswa akan
lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi penga-jarannya menyenangkan.
3. Cara Mengaktifkan Motivasi Siswa
Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi
belajar siswanya, ialah sebagai berikut. (a) Memberi angka. Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil
pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapat
angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi besar, sebaliknya
murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga
menjadi pendorong agar belajar lebih baik, (b) Pujian. Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan
dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan
rasa puas dan senang, c) Hadiah. Cara
ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya
pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau
menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para pemenang
sayembara atau pertandingan olahraga, (d) Kerja
kelompok. Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar,
setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan
nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar, (e) Persaingan. Baik kerja kelompok maupun
persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja persaingan
individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya
hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antarkelompok
belajar, (f) Tujuan dan level of
aspiration. Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa, (g) Sarkasme. Dalam batas-batas tertentu
sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi di pihak
lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga
memungkinkan timbulnya konflik antara murid dan guru. (h) Penilaian. Penilaian secara berkesinambungan akan mendorong
murid-murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk
memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapatkan
tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya
belajar lebih teliti dan saksama, (i) Karyawisata
dan Ekskursi. Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena
dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.
Selain dari itu, karena objek yang akan dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya.
Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk
menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat
dilakukan lebih menyenangkan, (j) Film
Pendidikan. Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi
cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa
mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna, dan
(k) Belajar melalui radio.
Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengar-kan ceramah guru.
Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid.
Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru
dalam mengajar. Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar murid. Namun yang lebih penting
ialah motivasi yang timbul dari dalam diri murid sendiri seperti dorongan
kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan
contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
C. Pengajaran
Berbasis Aktivitas
Dalam
aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat
melakukan pengamatan yang efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Dalam mengajar, hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan pengamatan yang sebaik-baiknya. Beberapa hal yang dapat
dilakukan guru untuk membantu siswa melakukan pengamatan yang baik dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
l. Pengamatan akan lebih efektif
kepada rangsangan-rangsangan yang mempunyai struktur dan bentuk yang jelas.
Oleh karena itu, hal-hal yang akan dipelajari hendaknya mempunyai struktur dan
organisasi yang jelas.
2. Pengamatan kepada sesuatu yang dekat akan lebih berkesan. Oleh karena
itu, siswa diberi banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan hal-hal yang akan
dipelajari.
3.
Pengamatan di pengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, pada waktu
guru mengajar, sebaiknya dimulai dengan pengalaman-pengalaman siswa.
4. Pengamatan dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian
kepada bagian-bagian. Oleh karena itu dalam memberikan bahan yang akan
diajarkan, sebaiknya dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada
bagian-bagian yang lebih khusus.
5. Pengamatan dipengaruhi oleh peringkat
perkembangan individu. Oleh karena itu, pengajaran hendaknya disesuaikan dengan
peringkat perkembangan individu, terutama peringkat perkembangan kognitif.
6. Terdapat perbedaan individual dalam
pengamatan. Tiap individu mempunyai macam gaya pengamatan (ada gaya visual,
auditif, taktis, dan kinestetik). Oleh karena itu pengajaran hendaknya
disesuaikan dengan gaya pengamatan masing-masing siswa.
Beberapa
faktor dapat menimbulkan terjadinya kesalahan atau kelainan pengamatan, seperti
rangsangan yang kurang jelas, kurangnya perhatian siswa, pengalaman di masa
lampau, kurang baiknya alat indera, lingkungan yang mengganggu, dan sebagainya.
Menurut
Hamalik (2001) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam
kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu
program unit activity, sehingga
kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar
yang lebih memadai.
Ada beberapa
jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya: (1)
kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), (3) mendengarkan,
(4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7) mental, dan (8) emosional. Adapun
penjabaran macam-macam kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan-kegiatan
Visual
Membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan
Mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan, dan mendengarkan radio
4. Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat
rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan
Menggambar
Menggambar,
membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan
Mental
Merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat,
hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional
Minat, membedakan, berani, tenang,
dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis
kegiatan dan overlap satu sama lain.
Dari
beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajaran,
aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga
dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan
materi pengajaran yang disampaikan oleh guru atau masalah yang sedang dibahas.
D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kurikulum
Pendidikan Agama Islam perlu memberikan pengalaman belajar yang membantu siswa
memenuhi kebutuhan pribadi, sosial, lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar
dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam membantu siswa untuk: (1) menjalani
kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang
mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berfikir kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang
konsep-konsep Pendidikan Agama Islam, (5) menilai dan menggunakan produk
teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi cocok
bagi pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu yang berkenaan
dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan
kualitas lingkungan, (9) memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan
dengan isu-isu ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk
studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
Kurikulum
Pendidikan Agama Islam harus memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
siswa pada proses dan produk dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan
yang dipakai dalam kurikulum diharapkan akan mendorong siswa menjadi pelajar
yang aktif dan fleksibel. Secara khusus pendekatan ini akan: (1) memperhatikan
perbedaan individu siswa, (2) memberikan kesempatan yang sama kepada semua
siswa untuk mempelajari konsep-konsep esensial, (3) membekali siswa dengan
ketrampilan untuk memahami dunia melalui penyelidikan, dan (4) membekali siswa
dengan ketrampilan baik untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun bahan-bahan
yang diperlukan.
E. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah
: SDN Klumutan 01
Mata
Pelajaran :
Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester
: V/Dua
Pertemuan
Ke- : 35 sampai
dengan 39
Alokasi
Waktu : 12 x 35
menit
Standar
Kompetensi : Membiasakan perilaku
terpuji
I.
Kompetensi Dasar
• Meneladani perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
r.a.
• Meneladani perilaku Khalifah Umar bin Khattab r.a.
II.
Indikator
1. Menjelaskan
cara-cara meneladani sifat kedermawanan Abu Bakar as-Siddiq r.a. serta perilaku
berani membela agama Islam dan kebenaran yang ditunjukkan Khalifah Abu Bakar
as-Siddiq r.a.
2. Menjelaskan
cara-cara meneladani sifat keberanian Khalifah Umar bin Khattab r.a. serta
perilaku berani membela agama Islam dan kebenaran yang ditunjukkan Khalifah
Umar bin Khattab r.a.
III. Tujuan
Pembelajaran
1. Siswa diharapkan dapat meneladani
perjuangan Khalifah Abu Bakar as- Siddiq r.a.
2. Siswa diharapkan dapat meneladani
perjuangan Khalifah Umar bin Khattab r.a.
IV. Materi
Ajar
Perilaku terpuji
V. Metode
Belajar
Demonstrasi, hafalan, dan resitasi
VI. Sumber
Belajar
1. Buku
Khazanah Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar 5 terbitan PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
2. Kertas
panel untuk bahan diskusi
VII.
Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan
Awal
1. Guru
memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan berdoa
bersama.
2. Guru
memimpin tadarus bersama selama 5–10 menit dengan membaca Al-Qur’an atau
halaman tadarus pada buku Khazanah Pendidikan Agama Islam SD 5 terbitan
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
3. Guru
menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dengan kompetensi
dasarnya.
B. Kegiatan
Inti
Dalam kegiatan inti, guru dan siswa melakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut.
1.
Eksplorasi
a. Guru-siswa bertanya jawab tentang
perjuangan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a.
b. Siswa
berdiskusi tentang perjuangan Khalifah Umar bin Khattab r.a.
2.
Konsolidasi Pembelajaran
a. Guru
menganjurkan kepada para siswa agar meneladani perilaku Khalifah Abu Bakar
as-Siddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a.
b. Siswa
berdiskusi tentang perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Khalifah Umar
bin Khattab r.a. yang perlu diteladani.
3.
Pembentukan Sikap dan Perilaku
Guru menyuruh siswa menerapkan keteladanan dari
perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Khalifah Umar bin Khattabr.a.
dalam kehidupan sehari-hari.
C. Kegiatan
Akhir (Penutup)
1. Para
siswa memasang hasil diskusi yang sudah disempurnakan pada papan pajangan.
2. Para
siswa dianjurkan membuat map portofolio untuk menyimpan dokumen-dokumen penting
dari hasil pembelajaran.
3. Guru
meminta kepada siswa agar selalu mempelajari pelajaran yang telah dan akan
diajarkan.
4. Guru
menutup/mengakhiri pelajaran dengan mengajak para siswa membaca hamdalah/doa
bersama-sama.
5. Guru
mengucap salam dan siswa menjawab dengan serentak.
VIII.
Penilaian
Pembahasan mengenai penilaian meliputi tiga hal, yaitu
tes lisan, tertulis,dan perbuatan.
A. Tes Lisan
Setiap siswa diminta untuk menjelaskan mengenai kisah
para rasul dan berbagai keistimewaannya
B. Tes
Tertulis
Guru memberikan beberapa soal tertulis sesuai dengan
kemampuan siswa.
C. Tes
Perbuatan
Guru meminta siswa untuk mengambil pelajaran dari
sikap dan perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan
dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan.
Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti
dengan perencanaan ulang.
Penelitian
tindakan bertujuan mengembangkan ketram-pilan-ketrampilan baru atau cara
pendekatan baru untuk meme-cahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia
faktual (Zuriah, 2003)
Carn dan
Kemmis (1986), mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelaahan inquiry melalui refleksi
diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi
sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan.
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran
peneliti dalam kegiatan penelitian ini lebih tepat bila dimaksudkan dalam
kegiatan peran serta. Sebab peneliti dalam penelitian ini tergolong pada
penelitian tindakan partisipan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan
melakukan penelitian tindakan haruslah terlibat dalam proses penelitian dari
awal. Untuk itu peneliti harus melakukan pengamatan berperan serta dalam
penelitian ini.
Spradley
(1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan serta dalam penelitian
kualitatif, diantaranya; (a) Dimulai dari pengamatan-pengamatan yang bersifat
memeriksa (descriptive observations)
secara luas, dengan melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi
penelitian, (b) kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih
terfokus (focused observations) untuk
menemukan kategori-kategori utama tentang fokus penelitian, dan (c) setelah itu
diadakan pengamatan-pengamatan yang bersifat selektif (selective observations) untuk menemukan kategori-kategori yang
lebih rinci tentang sub-sub fokus penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian tindakan ini adalah SDN Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten
Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Sedangkan Subyek dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tersebut adalah faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi
lingkungan lokasi penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD
Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2007/2008.
D. Sumber Data
Sumber data
yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam
penelitian tindakan ini adalah Guru Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun dan siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
Sedangkan
sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan
obeservasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan
dengan ruang lingkup penelitian.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Penggunaan
prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam
kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian tindakan ini diantaranya :
l. Observasi
Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua
jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu
observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki,
dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti.
Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi
dengan menggunakan daftar cek (chek list).
2. Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui
wawancara. Menurut Arifin (1998) yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu
percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang
orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan,
kerisauan dan sebagainya. Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong
(2000), maksud mengadakan wawancara antara lain untuk mengkonstruksi mengenai
orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian
dan lain-lain.
Wawancara
dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat
peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada
siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara
mendalam yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawancara tidak terstruktur akan
diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya
sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons afektif informan yang
tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal, 1994).
Namun dalam
pelaksanaan wawancara tersebut tetap mengacu pada Guba dan Lincoln (Bafadal,
1994) bahwa sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu disusun garis-garis
besar pertanyaan yang disampaikan kepada informan berdasarkan ruang lingkup
penelitian.
3.
Dokumentasi
Menurut
Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
Guba &
Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk
keperluan penelitian karena: (1) merupakan sumber yang stabil, kaya dan
mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) sifatnya
alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan membuka kesempatan
untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki.
F. Analisis
Data
Analisis
data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh
peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, manata,
membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan
dan Biklen, 1982).
Miles dan
Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus
selama penelitian berlangsung. Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa
analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau
tema dengan maksud untuk memahami maknanya.
Moleong
(1995:103) mengemukakan, "analisis data adalah proses pengorganisasian dan
pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat
ditemukan tema seperti yang disarankan oleh data". Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang
untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul maka, selanjutnya data
tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian
dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang penting
sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.
Selanjutnya
Miles & Hubermen (1984) menerapkan tiga alur kegiatan dalam analisis
deskriptif yang menjadi satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan, yaitu: (1) Reduksi data, pada teknik ini peneliti melakukan
proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan di
lapangan, (2) Penyajian data, teknik
ini memaparkan hasil temuan secara narasi, dan (3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha
agar dapat menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu
subjek.
Dalam
kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu, data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil obeservasi yang
dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa hasil belajar
atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses
pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas.
Teknis
analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data kualitatif yang
bersifat linear (mengalir) maupun
bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut : (1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis,
memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya
dilak-sanakan sejak awal data dikumpulkan, (2) mereduksi data yang didalamnya
melibatkan kegiatan mengkategorikan dan pengkla-sifikasian, dan (3)
menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan
penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau pengujian
terhadap temuan penelitian.
G.
Pengecekan Keabasahan Data
Pengecekan
keabsahan data ini dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara
mencek ulang atau cross cek dari hasil data penelitian yang dihasilkan dengan
uji ulang ke lapangan atau lokasi penelitian dengan cara memperpanjang waktu
observasi yang mendalam. Keabsahan data dapat diungkapkan dengan, (1) data apa
yang masih perlu dicari, (2) pertanyaan apa yang harus dijawab, (3) metode apa
yang harus diadakan untuk mencari informasi baru, dan (4) kesalahan apa yang
harus diperbaiki. Keabsahan data merupakan konsep penting dalam membuktikan
kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) suatu hasil penelitian.
Dalam penelitian tindakan ini, untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh
maka, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti. Diantaranya :
1. Perpanjang siklus kegiatan
penelitian
Dalam kegiatan penelitian
tindakan ini, agar didapatkan hasil penelitian yang optimal dan mendekati
keabsahan data hasil penelitian, maka langkah peneliti melakukan kegiatan ini,
dalam upaya meningkatkan dan membuktikan keabsahan data yang diperoleh.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan peneliti dalam kegiatan
pengamatan, akan membantu peneliti dalam memperoleh data penelitian yang valid
dan reliabel. Ketekunan peneliti dalam penelitian ini ditunjukkan pada
kehadiran peneliti pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas dalam serangkaian
kegiatan penelitian tindakan.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian,
diantaranya :
a. Sumber
Sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam kualitatif, dengan jalan membandingkan data hasil
dari: (1) pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) apa yang dikatakan di
depan umum dan pribadi, (3) apa yang dikatakan dalam situasi penelitian dengan
sepanjang waktu, (4) pendapat beberapa orang berdasarkan tingkat pendidikan,
dan (5) wawancara dengan isi suatu dokumen.
b. Metode
Ada dua strategi dalam pengecekan
derajat kepercayaan, (1) hasil penemuan dengan teknik pengumpulan data, dan (2)
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Penyidik
Memanfaatkan peneliti dengan
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
d. Teori
Melaporkan hasil penelitian
disertai dengan penjelasan sebagaimana dikemukakan dalam meningkatkan derajat
kepercayaan data yang diperoleh.
H.
Tahap-tahap Penelitian
Tindakan
penelitian yang direncanakan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai
berikut: (1) Menetapkan indikator desain pembelajaran Berbasis Aktivitas yang
digunakan dalam proses belajar mengajar, (2) Menyusun strategi penyampaian dan
pengelolaan pengajaran dengan pembelajaran Berbasis Aktivitas yang meliputi:
merancang dan menyusun bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan
dalam kegiatan proses belajar mengajar, (3) Menyusun metode dan alat perekam
data yang terdiri atas catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisi,
dan catatan harian, dan (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data
didasarkan pada model analisis data penelitian kualitatif.
Berkaitan
dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkahlangkah penelitian, agar
dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram dengan baik. Menurut Zuriah
(2003) mengatakan bahwa penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa tahap
perencanaan, diantarannya: (1) refleksi awal, (2) peneliti merumuskan
permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan,
dan (4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan.
1. Tahap
l. Refleksi
Merupakan fase refleksi awal yang
berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenarnya, setelah merumuskan
tema penelitian.
2. Tahap 2. Perencanaan
Merupakan fase perencanaan yang
dilakukan setelah melakukan fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang strategi
pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa
Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan
gambaran yang jelas tentang strategi pembe-lajaran Berbasis Aktivitas dalam
proses belajar mengajar, dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja
tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pihak yang terlibat,
(d) garis besar rencana program kerja (time
schedulle), (e) memonitor perubahan saat penelitian berlangsung, dan (f)
gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa
siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008 dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan
karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di
bahas oleh peneliti.
3. Tahap 3. Tindakan Observasi
Tahap ini
merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan mengamati jalannya
tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi
dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu
proses aktif. Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum
peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.
4. Tahap 4.
Refleksi Akhir
Tahap ini
terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c) memberikan makna,
(d) eksplanasi, dan (e) membuat simpulan.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
l. Paparan
Data
Paparan data
dalam pembahasan peneleitian tindakan (action
research) ini pada dasarnya menjabarkan tentang upaya peningkatan motivasi
belajar siswa dalam kegiatan belajar melalui kegiatan pembelajaran berbasis
aktivitas. Ada beberapa hal cara meningkatkan keterlibatan siswa dalam upaya
meningkatkan aktivitas belajar, diantaranya : (1) guru diharapkan dapat
mengenal dan membantu anak-anak yang kurang terlibat. Selidiki apa yang
menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi
anak tersebut, (2) guru harus menyiapkan siswa secara tepat, dan (3) sesuaikan
pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
Berikut ini
akan peneliti jabarkan hasil penelitian tindakan berdasarkan siklus-siklus
kegiatan. Diantaranya :
a. Kegiatan
Siklus 1
Setelah
kegiatan belajar mengajar dalam serangkaian kegiatan penelitian dilaksanakan,
selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil kegiatan pembelajaran siswa Kelas V
SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2007/2008, berkaitan dengan upaya peningkatan motivasi belajar siswa dengan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Adapun secara rinci akan dipaparkan
dari hasil observasi dan catatan peneliti tentang aktivitas belajar, motivasi
belajar, dan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
Tabel 4.1
Distribusi hasil belajar secara prosentase dari siswa
Kelas V
SD Negeri Klumutan 01
NO.
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
1
|
RISKA
IMASSITOH
|
7
|
2
|
ARDINAK
AJI SAPUTRO
|
6
|
3
|
BAYU
SUPRIADI
|
7
|
4
|
BAYU
WARTIKO AJI
|
8
|
5
|
BELYA
OCTAVIA PUTRI
|
7
|
6
|
DICKY
KURNIAWAN
|
6
|
7
|
EKO NUR
ARIFIN
|
6
|
8
|
FEBY
ANDIKA E.S
|
7
|
9
|
SEPTIN
NURJANAH
|
6
|
10
|
UPIK
HARGIANTI
|
5
|
11
|
ADHETIA
PRATAMA
|
5
|
Berdasarkan
data dari hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, dapat
didistribusikan data hasil belajar tersebut dalam kegiatan pada siklus I. Data
tersebut didistribusikan berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar setiap
individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Adapun data yang diperoleh sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas V
SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten
Madiun
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar tahap Siklus 1
NO
|
NILAI
|
Frekwensi
|
Frekwensi %
|
Kategori
|
Prestasi Belajar
|
||||
l.
|
10
|
0
|
0.00%
|
Sangat Baik
|
2
|
9
|
0
|
0.00%
|
Baik
|
3
|
8
|
1
|
9,09%
|
Cukup Baik
|
4
|
7
|
4
|
36,36%
|
Cukup
|
5
|
6
|
4
|
36,36%
|
Sedang
|
6
|
5
|
2
|
18,18%
|
Kurang
|
Total:
|
|
11
|
100%
|
|
Dari
frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah
nilai 5 dengan frekuensi 2 dan prosentase 18.18%, kategori nilai sedang adalah
nilai 6 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%, sedangkan kategori hasil
belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%, nilai
cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 1 dan prosentase 9.09%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 0 dengan
prosentase 0%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan
prosentase 0%.
Berdasarkan
pada kegiatan siklus 1 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil
kegiatan tersebut. Berdasarkan pada observasi pada siklus l didapatkan temuan
sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar
sebelumnya (menggunakan strategi tradisional), (2) beberapa siswa cepat dalam
mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) beberapa siswa sudah ada
keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah tekesan
hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang pandai.
Selanjutnya
untuk membuktikan keefektifan peng-gunaan pembelajaran berbasis aktivitas dalam
kegiatan belajar mengajar, selanjutnya strategi pembelajaran ini ditindaklanjuti
pada kegiatan siklus berikutnya.
Berdasarkan
data pengamatan dan obeservasi peneliti selama kegiatan penelitian tindakan,
dapat diperoleh data aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa
bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis
aktivitas menunjukkan ada peningkatan dibandingkan dengan strategi yang
digunakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dapat dilihat data yang didapatkan oleh
peneliti dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, menunjukkan
motivasi belajar siswa mulai meningkat.
b. Kegiatan
Siklus 2
Kegiatan
pada siklus 2, pada dasarnya sama dengan apa yang dilakukan oleh peneliti dalam
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada siklus 1 ini, yaitu dilaksanakan
selama dua kali pertemuan masing-masing pertemuan 2 X 40 menit. Adapun hasil
dari kegiatan belajar mengajar pada kegiatan siklus 2 ini, secara rinci akan
dipaparkan sebagai berikut di bawah ini.
Tabe1 4.3
Distribusi hasil belajar siswa Kelas V SD
Negeri Klumutan 01
Tahun Pelajaran 2007/2008 pada
kegiatan siklus 2
NO.
|
KODE NAMA
SISWA
|
NILAI
|
1
|
RISKA
IMASSITOH
|
9
|
2
|
ARDINAK
AJI SAPUTRO
|
7
|
3
|
BAYU
SUPRIADI
|
8
|
4
|
BAYU
WARTIKO AJI
|
9
|
5
|
BELYA
OCTAVIA PUTRI
|
8
|
6
|
DICKY
KURNIAWAN
|
7
|
7
|
EKO NUR
ARIFIN
|
7
|
8
|
FEBY
ANDIKA E.S
|
8
|
9
|
SEPTIN
NURJANAH
|
8
|
10
|
UPIK
HARGIANTI
|
7
|
11
|
ADHETIA
PRATAMA
|
6
|
Data
tersebut didistribusikan berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar setiap
individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Adapun data yang diperoleh sebagai
berikut :
Tabe1 4.4
Distribusi Hasil Evaluasi Belajar
Siswa Kelas V SDN Klumutan 01 Dalam Kegiatan Belajar Mengajar tahap Siklus 2
NO
|
NILAI
|
Frekwensi
|
Frekwensi %
|
Kategori
|
Prestasi Belajar
|
||||
l.
|
10
|
0
|
0.00%
|
Sangat Baik
|
2
|
9
|
2
|
18,18%
|
Baik
|
3
|
8
|
4
|
36,36%
|
Cukup Baik
|
4
|
7
|
4
|
36,36%
|
Cukup
|
5
|
6
|
1
|
9,09%
|
Sedang
|
6
|
5
|
0
|
0.00%
|
Kurang
|
Total:
|
|
11
|
100%
|
|
Dari
frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah
nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%, kategori nilai sedang adalah
nilai 6 dengan frekuensi 1 dan prosentase 9.09%, sedangkan kategori hasil
belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%, nilai
cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%. nilai baik adalah
9 dengan frekuensi 2 dengan prosentase 18.18%.
Berdasarkan
pada kegiatan siklus 2 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil
kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan motivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan kegiatan
belajar mengajar sebelumnya (menggunakan strategi tradisional), (2) beberapa
siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) beberapa
siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan
diskusi sudah tekesan hidup dan berjalan, tidak lagi didominasi oleh siswa yang
pandai.
Berdasarkan
data pengamatan dan obeservasi peneliti selama kegiatan penelitian tindakan,
dapat diperoleh data aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa bahwa
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis aktivitas
menunjukkan ada peningkatan dibandingkan dengan strategi yang digunakan oleh
guru sebelumnya. Hal ini dapat dilihat data yang didapatkan oleh peneliti dan
hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, menunjukkan motivasi
belajar siswa mulai meningkat.
Berdasarkan
distribusi peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
tersebut menunjukkan hasil belajar yang meliputi aktivitas, motivasi, dan
prestasi belajar siswa semakin meningkat dengan strategi pembelajaran berbasis
aktivitas. Sebab dengan pembelajaran berbasis aktivitas, semua siswa dapat
melakukan aktivitas dalam kegiatan belajar secara penuh dalam upaya
meningkatkan tujuan pembelajaran yang optimal.
2. Refleksi
Refleksi
adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran
terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan praktiksi dalam penelitian ini adalah
dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini.
Kegiatan tersebut meliputi: (a) analisis, (b) sintesis, (c) pemaknaan, (d)
penjelasan, dan (e) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan.
Berdasarkan
paparan data tersebut, maka dapat penelitian tindakan ini dapat direfleksikan
sebagai berikut: (a) strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis aktivitas mampu membuat siswa dapat melakukan aktivitas
belajar sesuai dengan kemampuannya, sehingga akan berdampak pada hasil
belajarnya, sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal, (b) Strategi pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis aktifitas berdampak positif
terhadap upaya peningkatan motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 dalam kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, (c) Karena penggunaan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas dapat meningkatkan aktivitas dan
motivasi belajar siswa, maka otomatis, penggunaan strategi pembelajaran ini,
akan berdampak positif terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa, (d)
Strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini dapat diaplikasikan ke dalam
kegiatan belajar mengajar semua bidang studi, dan (e) Namun yang perlu dicatat,
bahwa penggunaan strategi belajar, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
siswa, baik itu lingkungan belajar, maupun kemampuan masing-masing individu.
B.
Pembahasan
Implementasi
strategi pembelajaran berbasis aktivitas yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten
Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008, ternyata lebih efektif dalam meningkatkan dan
menumbuhkan aktivitas, motivasi, dan prestasi belajar siswa. Beberapa alasan
penggunaan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar agar
didapatkan hasil belajar yang efektif, maka pengajaran dengan pendekatan
berbasis aktivitas digunakan dalam pengajaran di SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 dimaksudkan untuk
:
1. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Ada dua
prinsip cara memandang motivasi, (1) motivasi dipandang sebagai proses, dan (2)
menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari
tingkah lakunya. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam pribadi seseorang (instrinsik) ataupun datang dari luar
pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai
tujuan sesuai dengan keinginan pribadinya. Motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran berbasis aktivitas mulai nampak ditunjukkan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar. Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa siswa mulai
antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan oleh guru.
Pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas diharapkan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan yang berarti, sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini
siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan
kemampuan. Sehingga hal tersebut lebih membuat siswa menjadi termotivasi dalam
belajar. Selama ini pendekatan yang digunakan dalam belajar hanya konvensional
saja.
Temuan
tersebut, senada dengan apa yang dikemukakan oleh Hamalik (2002), yang
menyebutkan bahwa siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif
dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktek secara aktif
berarti siswa mengerjakan sendiri, beraktivitas, bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat. Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1)
usahakan agar siswa sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
memberikan respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis
jawaban dan menanggapi secara lisan, (2) mintalah agar siswa menyusun dan
menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan, dan (3) sediakan
laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang
dirumuskan sebelumnya.
Dan pendapat
tersebut di atas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas
merupakan strategi yang memungkinkan untuk membuat siswa aktif dalam belajar,
sehingga diharapkan meningkatkan prestasi siswa dalam belajar dapat diperoleh
secara optimal.
2. Meningkatkan Prestasi Siswa
Berkaitan
dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat
dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar
berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka
perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan
dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Dalam
penelitian tindakan ini, yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil
belajar yang dicapai dalam bentuk angka atau nilai pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka
semakin baik prestasi belajar yang didapatkan.
3. Inovasi dalam Strategi Pengajaran
Melakukan
inovasi dalam menggunakan strategi belajar merupakan syarat mutlak yang harus
dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah sebagian
dari strategi yang ditawarkan dalam proses belajar mengajar, (a) Meningkatkan
Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah. Banyak ahli yang mendiskusikan
kreativitas sebagai berpikir kreatif atau pemecahan masalah, (b) berpikir
kreatif sebagai proses penyadaran (sensing) adanya gap, gangguan atau unsur-unsur
yang keliru (perkeliruan), pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis,
pengujian hipotesis tersebut, pengkomunikasian hasil-hasil, mungkin juga
pengujian kembali atau perbaikan hipotesis, dan (c) kreativitas merupakan
bentuk pemecahan masalah yang melibatkan intuitive
leaps, atau suatu kombinasi gagasan-gagasan yang bersumber dari berbagai
bidang pengetahuan yang terpisah secara luas.
Pandangan
tersebut pada dasarnya sependapat bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk dan
proses pemecahan suatu masalah. Para siswa dibimbing agar memiliki kemampuan
kreativitas, mampu berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah. Karena itu,
melalui proses belajar tertentu, diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
Guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memung-kinkan terjadinya
penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari abilite kreativitas
yang dimiliki oleh siswa. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas merupakan
salah satu usaha dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
4. Dampak pendekatan berbasis
aktivitas terhadap motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008
Dampak Positif, Dampak positif yang didapatkan
dari strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah: (1) siswa lebih
termotivasi dalam belajar, (2) siswa lebih kreatif, (3) siswa lebih berani
mengemukakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) siswa lebih bertanggungjawab,
dan (5) prestasi belajar lebih meningkat. Disisi lain dampak positif dari
strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini adalah guru akan lebih
meningkatkan kreativitasnya melakukan strategi pembelajaran yang disampaikan
kepada siswa, sehingga kemampuan guru akan terampil dan berkembang lebih baik.
Dampak Negatif. Dampak negatinya adalah siswa yang
tidak memiliki kreativitas dan kemampuan rendah akan selalu tertinggal dalam
proses belajarnya. Disisi lain siswa yang lebih kreatif dan mempunyai kemampuan
lebih akan merasa baik dibandingkan dengan siswa dibawahnya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pada pembahasan kegiatan penelitian tindakan yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya :
l. Strategi pembelajaran dengan Pendekatan
Pengajaran Berbasis Aktivitas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Studi
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2007/2008 diupayakan dapat meningkatkan motivasi, prestasi,
kreativitas, dan pemecahan masalah dalam belajar.
2. Strategi pembelajaran berbasis
aktivitas merupakan salah satu komponen Contekstual
Teaching and Learning (CTL). Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata
pelajaran.
3. Strategi pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dimungkinkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SDN Klumutan 01 Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam pokok bahasan Perilaku Terpuji.
B.
Saran-saran
Berdasarkan
kesimpulan yang tersebut, maka dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut:
(1) Kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar mempertimbangkan
pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan
menggunakan berbagai macam strategi. Salah satu-nya adalah strategi
pembelajaran berbasis aktivitas, (2) Kepada guru yang mengajarkan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, hendaknya selalu mempunyai kreativitas dalam
menggunakan strategi belajar yang diberikan kepada siswa, dan (3) Strategi
pembelajaran berbasis aktivitas bukan satu-satunya strategi yang harus
digunakan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru perlu mengembangkan
strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa lebih vareatif.
Dengan peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar, maka diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, I.
1994. Proses Perubahan di sekolah.
Desertasi Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana IKIP Malang
Bogdan, R.
C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative
Research In Education. Boston: Allyn & Bacon
Guba, E. G., & Lincoln, Y.S 1981
Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta : PT Bumi Aksara
Hamalik, O.
2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara
Miles, M.
B., & Hubermen, A.M. 1984. Analisis
Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas
Indonesia, Jakarta
Moleong, L. J. 1995. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual.
Malang: Universitas Negeri Malang
Nurhadi,
& Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Spradley, J., P. 1980. Participant
Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston
Suparno, P., Rohandi, R., Sukadi, G., Kartono, S. 2001. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Usman, Uzer, M. 2002. Menjadi Guru
Profesional. Edisi Kedua. Cetakkan ke empat belas. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Zuriah, N.
2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang
Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertama. Malang: Bayu Media Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar